Berikutnya Ali Sadikin tidak perlu menghubungi Menteri, misalnya Menteri Sosial. Langkah berikutnya Ali Sadikin menemui Penjabat Presiden Soeharto urtuk melaporkan saja, bahwa Jakarta akan mengesahkan judi, karena undang-undangnya ada. Ali Sadikin tidak meminta persetujuan.
Walikota Sudiro dulu juga pernah Rolet Online berkeinginan mengadakan casino di Pulau Edam, di teluk Jakarta, tapi partai-partai agama gigih menolaknya. Gubernur Sumarno Sosroatmodjo juga mengatakan bahwa tiap Gubernur menginginkan diadakannya casino di wnilayah Jakarta untuk pembangunan Jakarta. Sumarno pernah mempelopori usaha Lotto.
Memang pada masa jabatannya sekitar thun 60-an, usaha-usaha yang dikatakan maksiat itu sangatlah tidak menarik hati orang, serta merta mendapatkan tentangan. Ali Sadikin menjelaskan, ada empat atau lima tempat di Jakarta yang jadi tenpat perjudian, yang dilindungi oleh oknum-oknum ABRI yang mencemarkan nama ABRI.
“Saya sengaja tidak meminta persetujuan Penjabat Presiden untuk usaha judi, dengan pikiran, bahwa saya tidak mau memberatkan Penjabat Presiden dalam hal ini.” Kata Ali Sadikin dalam buku Bang Ali tulisan Ramadhan KH.
Ali Sadikin juga tidak minta persetujuan dari DPRD mengenai hal ini. Pikir Ali, kalau meminta persetujuan DPRD, malah akan menyulitkan mereka. Secara politis dan secara moral, para anggota DPRD itu tentunya tidak akan menyetujui tindakan Ali Sadikin. Ali Sadikin paham benar. Jadinya, Ali Sadikin cuma memberitahukan saja kepada mereka.
Kemudian Ali Sadikin sahkan judi , mulai Lotere Totalisator, lotto, dengan konsep mencontoh dari luar negeri. Lalu dengan macam-macam judi lainnya. Sampai kepada hwa-hwe. Dalam pada ini, peraturan menegaskan hanya orang Cina yang dibolehkan judi. “Orang kita tidak boleh judi. Apalagi orang Islam!” seru Ali Sadikin. “Haram bagi orang Islam main judi!” Jadi judi yang diselenggarakan pemerintah DKI hanya bagi golongan tertentu saja.
“Berulang kali saya jelaskan, kalau ada umat Islam yang berjudi, itu bukan salah Gubernur, tetapi keislaman orang itu bobrok. Dan sebagai umat Islam saya sendiri sama sekali tidak pernah berjudi,” perintah Ali Sadikin
Namun pada prakteknya ternyata warga Indonesia pribumi tidak bisa mengendalikan diri, sehingga ikut bermain hwa-hwe yang sebenarnya diperuntukkan bagi warga negara asing keturunan.
Di situlah Presiden Marcos bicara mengenai soal casino di Jakarta, karena waktu itu di negara Philipina masih tabu, karena Katolik berkuasa di sana. Maka Ali Sadikin jelaskan apa adanya. Pertama memerlukan duit untuk mengelola Jakarta, untuk pembangunan, dan kedua judi itu memang sudah ada di Jakarta, dan undang-undangnya juga ada. “Daripada kami tidak menarik apa-apa dari judi yang ada itu, lebih baik kami sahkan saja tapi bisa menarik untung untuk pemerintah dan dipakai untuk pembangunan,” terang Ali Sadikin. Lalu Presiden Marcos manggut-manggut.
Setelah Ali Sadikin mengizinkan judi, menerbitkan perjudian dan memungut pajak dari sana, orang yang tidak suka kepada kebijaksanaan Ali Sadikin itu menyebut Ali Sadikin “Gubernur Judi” atau malahan “Gubernur Maksiat”. Malahan sampai-sampai ada yang menyebut isteri Ali Sadikin “Madam Hwa-Hwe”.
Apalah kesalahan isteri Ali Sadikin dengan kebijaksanaan yang Ali Sadikin ambil? Isteri Ali Sadikin “kena getahnya”.Tetapi, apa boleh buat. Kalau berani berbuat, harus berani pula bertanggung jawab. Ali Sadikin harus berani berkorban untuk menyelamatkan orang banyak. Ini semua karena Ali Sadikin ingin menciptakan pembangunan buat Jakarta. Tidak mau melihat anak-anak keluyuran tidak sekolah. Tidak mau menyaksikan jalan-jalan bopeng, saluran-saluran mandek, beberapa rumah sakit seperti mau runtuh.